okey kali ini aku akan sharing sedikit mengenai KOMUNIKASI NONVERBAL, Cussss.............
A. Pengertian Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah penciptaan dan
pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata, seperti komunikasi yang
menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, vokal yang bukan kata-kata, kontak
mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan.
Menurut Larry A Samovar dan Ricchard E. Poter
bahwa komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan kecuali rangsangan verbal
dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaaan
lingkunagan oleh individu yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim
atau penerima, jadi devinisi ini mencakup perilaku yag sengaja juga tidak
disengajasebagai bagaian dari peristiwa kkomunikasi secara keseluruhan, kita
mengirim banyak pesan nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut
bermakna bagi orang lain.[1]
B.
Fungsi Komunikasi Nonverbal
Dalam
komunikasi tatap muka komunikasi nonverbal dan komuniksi verbal tidak bisa
dipishkan karena komunikasi ini memiliki keterkaitan satu sama lainnya, namun
secara teoritis komunikasi nonverbal dapat dipisahkan dari komunikasi verbal.
Sebagian ahli berpendapat, terlalu mengada-ngada membedakan kedua jenis
komunikasi ini.
Istilah
Nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi diluar
kata kata terucap dan tertulis. Pada saat yang sama kita harus menyadari bahwa
banyak peristiwa dan perilaku nonverbal ini ditafsirkan melalui simbol simbol
verbal.[2]
Komunikasi
nonverbal memiliki beberapa fungsi, yaitu :[3]
·
Pengulangan
Komunikasi
nonverbal biasanya digunakan sebagai pengulangan dari apa yang telah dikatakan
secara verbal.
·
Pelengkap
Tanda-tanda
nonverbal dapat digunakan untuk melengkapi, menguraikan atau memberikan
penekanan terhadap pesan verbal.
·
Pengganti
Pesan nonverbal
digunakan untuk menggantikan pesan verbal dalam hal pesan verbal seperti pemicaraan
tidak memungkinkan, tidak diinginkan atau tidak tepat diucapkan.
·
Memberikan Penekanan
Tanda-tanda
nonverbal digunakan untuk memberikan penekanan terhadap kata-kata yang
diucapkan.
·
Memperdayakan
Kadang-kadang
tanda-tanda nonverbal sengaja diciptakan untuk memberikan informasi yang salah,
dengan maksud memberikan pengarahan yang tidak benar atau untuk memperdayakan
orang lain sehingga orang lain mungkin salah dalam menafsirkan pesan tersebut.
Dengan bahasa
yang sedikit berbeda, namun dengan substansi yang sama, Mark L. Knapp, menyebut
lima fungsi nonverbal, yaitu:[4]
·
Repetisi, mengulang kembali gagasan yang sudah
disajikan secara verbal.
·
Substitusi, menggantikan lambang-lambang
verbal.
·
Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi
makna lain terhadap pesan verbal.
·
Komplemen, melengkapi dan memperkaya makna
pesan nonverbal.
·
Aksentuasi, menegaskan pesan verbal atau
menggarisbawahinya.
A.
Klasifikasi Pesan Nonverbal
Menurut Ray L. Birdwhistell, 65% dari
komunikasi tatap-muka adalah nonverbal, sementara menurut Albert Mehrebain, 93%
dari semua makna sosial dalam komunikasi tatap-muka diperoleh dari
isyarat-isyarat nonverbal. Dalam pandangan Birdwhistell, kita sebenarnya mampu
mengucapkan ribuan suara vocal, dan wajah kita dapat menciptakan 250.000
ekspresi yang berbeda.
Perilaku nonverbal kita terima sebagai suatu
“paket” siap-pakai dari lingkungan sosial kita, khususnya orangtua. Kita tidak
pernah mempersoalkan mengapa kita harus memberi isyarat begitu untuk mengatakan
suatu hal atau isyarat begitu untuk mengatakan hal lain.
Kita dapat mengklasifikasikan pesan-pesan
nonverbal ini dengan berbagai cara. Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat
nonverbal menjadi tiga bagian, yaitu:
1.
Bahasa tanda (sign language)—acungan
jempol untuk menumpang mobil secaara gratis; bahasa isyarat tuna rungu.
2.
Bahasa tindakan (action language)—semua
gerakan tubuh yang tidak digunakan secara eksklusif untuk memberikan sinyal,
misalnya: berjalan.
3.
Bahasa objek (object language)—pertunjukan
benda, pakaian, dan lambing nonverbal bersifat public lainnya seperti ukuran
ruangan, bendera, gambar (lukisan), music (misalnya marching band), dan
sebagainya, baik sengaja ataupun tidak.
Secara garis besar Larry A. Samovar dan Richard
E. Porter membagi pesan-pesan nonverbal menjadi dua katagori besar, yakni:
1.
Perilaku yang terdiri dari penampilan dan
pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan,
bau-bauan, dan parabahasa.
2.
Ruang, waktu, dan diam.
Bahasa Tubuh
Setiap anggota tubuh seperti wajah (termasuk
senyuman dan pandangan mata), tangan, kepala, kaki dan bahkan tubuh secara
keseluruhan dapat digunakan sebagai isyarat simbolik. Karena kita hidup, semua
anggota badan kita senantiasa bergerak.
Sentuhan
Sentuhan, seperti foto, adalah perilaku
nonverbal yang multimakna, dapat menggantikan seribu makna. Kenyataannya
sentuhan ini bisa merupakan tamparan, pukulan, cubitan, senggolan, tepukan,
belaian, pelukan, pegangan (jabat tangan), rabaan, hingga sentuhan lembut
sekilas. Sentuhan kategori terakhirlah yang sering diasosiasikan dengan
sentuhan.
Parabahasa
Parabahasa atau vokalika (vocalic),
merujuk pada aspek-aspek suara selain ucapan yang dapat dipahami, misalnya
kecepatan berbicara, nada (tinggi atau rendah), intensitas (volume) suara,
intonasi, suara sengau, suara terputus-putus, suara gemetar, suitan, siulan,
tawa, erangan, tangis, gerutuan, gumaman, desahan, dan sebagainya. Setiap
karakteristik suara ini mengkomunikasikan emosi dan pikiran kita.
Penampilan Fisik
Setiap orang memiliki persepsi mengenai
penampilan fisik seseorang, baik itu busananya (model, kualitas bahan, warna),
dan juga ornament lain yang dipakainya, seperti kacamata, sepatu, tas, jam
tangan, kalung, gelang, cincin, anting-anting, dan sebagainya. Seringkali orang
memberi makna tertentu pada karakteristik fisik orang yang bersangkutan,
seperti bentuk tubuh, warna kulit, model rambut, dan sebagainya.
Bau-Bauan
Bau-bauan, terutama yang menyenangkan
(wewangian, seperti deodorant, eau de toilette, au de cologne, dan
parfum) telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan,
mirip dengan cara yang juga dilakukan hewan.
Orientasi Ruang
dan Jarak Pribadi
Setiap budaya punya cara khas dalam
mengkonseptualisasikan ruang, baik di dalam rumah, di luar rumah ataupun dalam
berhubungan dengan orang lain. Edward T. Hall adalah antropolog yang
menciptakan istilah proxemics (proksemika) sebagai bidang studi yang
menelaah persepsi manusia atas ruang pribadi (pribadi dan sosial), cara manusia
menggunakan ruang dan pengaruh ruang terhadap komunikasi. Beberapa pakar
lainnya memperluas konsep proksemika ini dengan memperhitungkan seluruh
lingkungan fisik yang mungkin berpengaruh terhadap proses komunikasi, termasuk
iklim (temperature), pencahayaan, dan kepadatan penduduk.
Konsep Waktu
Edward T. Hall membedakan konsep waktu menjadi
dua: waktu monokronik (M) dan waktu polikronik (P). Penganut waktu
polikronik memandang waktu sebagai putaran yang kembali dan kembali lagi.
Sebaliknya penganut waktu monokronik cenderung mempersepsi waktu sebgai
berjalan lurus dari masa silam ke masa depan.
Diam
Ruang dan waktu adalah bagian dari lingkungan
kita yang juga dapat diberi makna. John Cage mengatakan, tidak ada sesuatu yang
disebut ruang kosong atau waktu kosong. Selalu ada sesuatu untuk dilihat,
sesuatu untuk didengar. Sebenarnya, bagaimanapun kita berusaha untuk diam, kita
tidak dapt melakukannya. Pandangan Timur tentang diam berbeda dengan pandangan Barat. Pada umumnya orang Timur
tidak mersa enak dengan tiada suar atau pembicaraan, dan tidak merasa terpaksa
untuk mengisi setiap jeda ketika mereka bersama orang lain. Bagi orang Barat,
diam itu tidak enak. Mereka percaya bahwa mereka dapat menguraikan segala
sesuatu, baik benda ataupun perasan.
Warna
Kita sering menggunakan warna untuk menunjukkan
suasana emosional, cita rasa, afiliasi politik, dan bahkn mungkin keyakinan
agama kita, seperti ditunjukkan kalimat atau frase berikut: wajahnya merah,
koran kuning, feeling blue, matanya hijau kalau melihat duit, kabinet ijo
royo-royo, dan sebagainya.
Artefak
Artefak adalah bend apa saja yang dihasilkan
kecerdasan manusia. Benda-benda yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia dan dalam interaksi manusia, sering mengandung makna-makna tertentu.[5]
Mobil dan rumah kita adalah juga artefak –benda— yang menyediakan pesan-pesan
tambahan hungga orang lain dapat menarik kesimpuln tentang sumber keuangan
kita, selera estetika, kepribadian, status atau pekerjaan.[6]
[1]Deddy Mulyana, Komunikasi Organisasi ,
(Bandung :PT. Remaja Rosdakarya, 2008) Hal, 343
[2]Ibid. Deddy Mulyana, hal. 347
[3]Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2007), hal. 132
[4] Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi,( Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hal.287
[5] Op. Cit. deddy Mulyana, hal. 351-433
[6] Brent D. Ruben & Lea P. Stewart, KOMUNIKASI DAN PERILAKU
MANUSIA (Edeisi Kelima), (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2013), hal. 186
Tidak ada komentar:
Posting Komentar