Minggu, 27 November 2016

Komunikasi Nonverbal

okey kali ini aku akan sharing sedikit mengenai KOMUNIKASI NONVERBAL, Cussss.............

A.     Pengertian Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata, seperti komunikasi yang menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, vokal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan.
Menurut Larry A Samovar dan Ricchard E. Poter bahwa komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan kecuali rangsangan verbal dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaaan lingkunagan oleh individu yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima, jadi devinisi ini mencakup perilaku yag sengaja juga tidak disengajasebagai bagaian dari peristiwa kkomunikasi secara keseluruhan, kita mengirim banyak pesan nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna bagi orang lain.[1]

B.     Fungsi Komunikasi Nonverbal
Dalam komunikasi tatap muka komunikasi nonverbal dan komuniksi verbal tidak bisa dipishkan karena komunikasi ini memiliki keterkaitan satu sama lainnya, namun secara teoritis komunikasi nonverbal dapat dipisahkan dari komunikasi verbal. Sebagian ahli berpendapat, terlalu mengada-ngada membedakan kedua jenis komunikasi ini.
Istilah Nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi diluar kata kata terucap dan tertulis. Pada saat yang sama kita harus menyadari bahwa banyak peristiwa dan perilaku nonverbal ini ditafsirkan melalui simbol simbol verbal.[2]
Komunikasi nonverbal memiliki beberapa fungsi, yaitu :[3]
·       Pengulangan
Komunikasi nonverbal biasanya digunakan sebagai pengulangan dari apa yang telah dikatakan secara verbal.
·       Pelengkap
Tanda-tanda nonverbal dapat digunakan untuk melengkapi, menguraikan atau memberikan penekanan terhadap pesan verbal.
·       Pengganti
Pesan nonverbal digunakan untuk menggantikan pesan verbal dalam hal pesan verbal seperti pemicaraan tidak memungkinkan, tidak diinginkan  atau tidak tepat diucapkan.
·       Memberikan Penekanan
Tanda-tanda nonverbal digunakan untuk memberikan penekanan terhadap kata-kata yang diucapkan.
·       Memperdayakan
Kadang-kadang tanda-tanda nonverbal sengaja diciptakan untuk memberikan informasi yang salah, dengan maksud memberikan pengarahan yang tidak benar atau untuk memperdayakan orang lain sehingga orang lain mungkin salah dalam menafsirkan pesan tersebut.
Dengan bahasa yang sedikit berbeda, namun dengan substansi yang sama, Mark L. Knapp, menyebut lima fungsi nonverbal, yaitu:[4]
·      Repetisi, mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal.
·      Substitusi, menggantikan lambang-lambang verbal.
·      Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna lain terhadap pesan verbal.
·      Komplemen, melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal.
·      Aksentuasi, menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya.


A.     Klasifikasi Pesan Nonverbal
Menurut Ray L. Birdwhistell, 65% dari komunikasi tatap-muka adalah nonverbal, sementara menurut Albert Mehrebain, 93% dari semua makna sosial dalam komunikasi tatap-muka diperoleh dari isyarat-isyarat nonverbal. Dalam pandangan Birdwhistell, kita sebenarnya mampu mengucapkan ribuan suara vocal, dan wajah kita dapat menciptakan 250.000 ekspresi yang berbeda.
Perilaku nonverbal kita terima sebagai suatu “paket” siap-pakai dari lingkungan sosial kita, khususnya orangtua. Kita tidak pernah mempersoalkan mengapa kita harus memberi isyarat begitu untuk mengatakan suatu hal atau isyarat begitu untuk mengatakan hal lain.
Kita dapat mengklasifikasikan pesan-pesan nonverbal ini dengan berbagai cara. Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat nonverbal menjadi tiga bagian, yaitu:
1.    Bahasa tanda (sign language)—acungan jempol untuk menumpang mobil secaara gratis; bahasa isyarat tuna rungu.
2.    Bahasa tindakan (action language)—semua gerakan tubuh yang tidak digunakan secara eksklusif untuk memberikan sinyal, misalnya: berjalan.
3.    Bahasa objek (object language)—pertunjukan benda, pakaian, dan lambing nonverbal bersifat public lainnya seperti ukuran ruangan, bendera, gambar (lukisan), music (misalnya marching band), dan sebagainya, baik sengaja ataupun tidak.
Secara garis besar Larry A. Samovar dan Richard E. Porter membagi pesan-pesan nonverbal menjadi dua katagori besar, yakni:
1.    Perilaku yang terdiri dari penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, bau-bauan, dan parabahasa.
2.    Ruang, waktu, dan diam.

Bahasa Tubuh
Setiap anggota tubuh seperti wajah (termasuk senyuman dan pandangan mata), tangan, kepala, kaki dan bahkan tubuh secara keseluruhan dapat digunakan sebagai isyarat simbolik. Karena kita hidup, semua anggota badan kita senantiasa bergerak.

Sentuhan
Sentuhan, seperti foto, adalah perilaku nonverbal yang multimakna, dapat menggantikan seribu makna. Kenyataannya sentuhan ini bisa merupakan tamparan, pukulan, cubitan, senggolan, tepukan, belaian, pelukan, pegangan (jabat tangan), rabaan, hingga sentuhan lembut sekilas. Sentuhan kategori terakhirlah yang sering diasosiasikan dengan sentuhan.

Parabahasa
Parabahasa atau vokalika (vocalic), merujuk pada aspek-aspek suara selain ucapan yang dapat dipahami, misalnya kecepatan berbicara, nada (tinggi atau rendah), intensitas (volume) suara, intonasi, suara sengau, suara terputus-putus, suara gemetar, suitan, siulan, tawa, erangan, tangis, gerutuan, gumaman, desahan, dan sebagainya. Setiap karakteristik suara ini mengkomunikasikan emosi dan pikiran kita.

Penampilan Fisik
Setiap orang memiliki persepsi mengenai penampilan fisik seseorang, baik itu busananya (model, kualitas bahan, warna), dan juga ornament lain yang dipakainya, seperti kacamata, sepatu, tas, jam tangan, kalung, gelang, cincin, anting-anting, dan sebagainya. Seringkali orang memberi makna tertentu pada karakteristik fisik orang yang bersangkutan, seperti bentuk tubuh, warna kulit, model rambut, dan sebagainya.

Bau-Bauan
Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian, seperti deodorant, eau de toilette, au de cologne, dan parfum) telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan, mirip dengan cara yang juga dilakukan hewan.

Orientasi Ruang dan Jarak Pribadi
Setiap budaya punya cara khas dalam mengkonseptualisasikan ruang, baik di dalam rumah, di luar rumah ataupun dalam berhubungan dengan orang lain. Edward T. Hall adalah antropolog yang menciptakan istilah proxemics (proksemika) sebagai bidang studi yang menelaah persepsi manusia atas ruang pribadi (pribadi dan sosial), cara manusia menggunakan ruang dan pengaruh ruang terhadap komunikasi. Beberapa pakar lainnya memperluas konsep proksemika ini dengan memperhitungkan seluruh lingkungan fisik yang mungkin berpengaruh terhadap proses komunikasi, termasuk iklim (temperature), pencahayaan, dan kepadatan penduduk.

Konsep Waktu
Edward T. Hall membedakan konsep waktu menjadi dua: waktu monokronik (M) dan waktu polikronik (P). Penganut waktu polikronik memandang waktu sebagai putaran yang kembali dan kembali lagi. Sebaliknya penganut waktu monokronik cenderung mempersepsi waktu sebgai berjalan lurus dari masa silam ke masa depan.

Diam
Ruang dan waktu adalah bagian dari lingkungan kita yang juga dapat diberi makna. John Cage mengatakan, tidak ada sesuatu yang disebut ruang kosong atau waktu kosong. Selalu ada sesuatu untuk dilihat, sesuatu untuk didengar. Sebenarnya, bagaimanapun kita berusaha untuk diam, kita tidak dapt melakukannya. Pandangan Timur tentang diam berbeda dengan  pandangan Barat. Pada umumnya orang Timur tidak mersa enak dengan tiada suar atau pembicaraan, dan tidak merasa terpaksa untuk mengisi setiap jeda ketika mereka bersama orang lain. Bagi orang Barat, diam itu tidak enak. Mereka percaya bahwa mereka dapat menguraikan segala sesuatu, baik benda ataupun perasan.

Warna
Kita sering menggunakan warna untuk menunjukkan suasana emosional, cita rasa, afiliasi politik, dan bahkn mungkin keyakinan agama kita, seperti ditunjukkan kalimat atau frase berikut: wajahnya merah, koran kuning, feeling blue, matanya hijau kalau melihat duit, kabinet ijo royo-royo, dan sebagainya.

Artefak
Artefak adalah bend apa saja yang dihasilkan kecerdasan manusia. Benda-benda yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan dalam interaksi manusia, sering mengandung makna-makna tertentu.[5] Mobil dan rumah kita adalah juga artefak –benda— yang menyediakan pesan-pesan tambahan hungga orang lain dapat menarik kesimpuln tentang sumber keuangan kita, selera estetika, kepribadian, status atau pekerjaan.[6]



[1]Deddy Mulyana,  Komunikasi  Organisasi , (Bandung :PT. Remaja Rosdakarya, 2008) Hal, 343
[2]Ibid. Deddy Mulyana, hal. 347
[3]Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 132
[4] Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi,( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hal.287
[5] Op. Cit. deddy Mulyana, hal. 351-433
[6] Brent D. Ruben & Lea P. Stewart, KOMUNIKASI DAN PERILAKU MANUSIA (Edeisi Kelima), (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2013), hal. 186

Tidak ada komentar:

Posting Komentar